Bunglon
adalah binatang jenis reptil yang biasanya hidup di dahan-dahan pohon,
namun ketika hendak bertelur ia akan turun ke bawah untuk menguburkan
terulnya untuk ditetaskan. Bunglon sering juga dikenal dengan nama
londok. Mungkin sewaktu kecil salah seorang dari anda pernah mencoba
berburu bunglon atau londok ini, dan biasanya kita menemukan hewan ini
tiba-tiba terjatuh dari dahan kemudian langsung kembali berlari kencang
ke dahan terdekat untuk kembali mengejar mangsanya. Kehidupannya memang
begitu berwarna seperti kemampuannya mengubah warna kulitnya untuk
mempertahankan dirinya.
Mungkin anda mengenal bunglon sebagai binatang yang ahli menipu atau ‘tukang
nyamar’ dan seseorang juga mungkin banyak yang mengatakan kemampuan
bunglon ini dengan istilah mimikri. Padahal pemahaman itu kurang tepat
untuk kemampuan bunglon yang satu ini. Istilah yang bisa dikatakan lebih
tepat untuk menyebutkan sifat alamiah nan unik dari bunglon ini adalah
upaya kamuflase. yaitu kemampuan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan di mana bunglon berada.
Kita dapat meniru sifat binatang bunglon tersebut, namun kita harus mengetahui apa yang bisa ditiru maupun yang harus dibuang jauh-jauh sifat yang dimiliki binatang bunglon.
Kemampuannya untuk Kebaikan
Andaikan
kita yang dianugerahkan kemampuan seperti bunglon, apa yang akan kita
lakukan? Mungkin kita akan memanfaatkannya untuk hal-hal yang negatif
ataupun untuk sesuatu yang melanggar etika dan peraturan. Tetapi
nyatanya bunglon mampu memanfaatkan kelebihannya merubah warna tersebut
secara tepat guna, yaitu untuk mempertahankan dirinya. Memang ia menipu
calon mangsanya, tetapi itulah hakikat hidupnya. Bukan berniat untuk
membohongi, melainkan untuk mempertahankan diri. Dan kamuflase bukanlah
satu-satunya cara bunglon untuk menangkap mangsanya, ia juga menggunakan
kemampuan kecepatannya untuk berburu. Bahkan ia tidak takut untuk
melompat dari satu dahan ke dahan yang lainnya hanya untuk menangkap
mangsanya yang kebanyakan adalah hewan jenis serangga yang dapat
terbang, seperti kupu-kupu, kumbang, capung ataupun lalat.
Kemudian,
mempertahankan diri juga pastinya tidak jauh dari upaya menghindar dari
ancaman. Entah dari hewan lain yang ingin memangsanya, ataupun dari
ancaman-ancaman eksternal lainnya. Saat berada di
dahan hijau, tubuh bunglon akan menjadi hijau. Saat di daun cokelat,
bunglon pun otomatis menjadi cokelat. Itulah cara bunglon saat
menghindari sergapan musuhnya.
Dua Sudut Pandang Penuh Hikmah
Tentunya
poin utama yang akan kita bahas adalah seputar sifat kamuflase yang
dimiliki bunglon. Dan penulis akan mencoba mengulasnya dari dua sudut
pandang berbeda. Yang pertama dari sudut pandang bunglon itu sendiri
dalam mempertahankan diri. Kita akan mampu memetik hikmah bahwa pada
dasarnya setiap saat kita akan terancam tetapi bagaimana cara kita untuk
‘mengeles’ dari ancaman tersebut. Selain itu seperti analogi kebanyakan
orang bahwa berubah warna di berbagai tempat sama dengan kita mampu
beradaptasi di berbagai kondisi, lingkungan ataupun tempat yang kita
singgahi.
Hikmah
ini mungkin akan dapat diaplikasikan ketika kita berada di wilayah yang
di mana lingkungannya berbeda dengan keseharian kita. Di saat seperti
itu apakah kita akan berinteraksi dengan kepribadian kita yang biasa
ataukah kita mencoba untuk menyesuaikan serta menghormati lingkungan
tersebut. Mungkin di saat kita bertindak biasa, hasilnya adalah kita
akan sulit mendapatkan kenyamanan di tempat baru tersebut. Berbeda
ketika kita mencoba untuk menyesuaikan diri kita seperti kondisi
lingkungan atau wilayah baru tersebut, hasilnya tentu akan lebih membuat
nyaman diri kita. Ingatlah pribahasa “di mana langit dijunjung, di situ
bumi dipijak”.
Dari
sudut pandang kedua, dari sisi calon mangsa maupun calon pemangsa
bunglon, atau dengan kata lain dari sisi yang merasa tertipu dengan
kamuflase bunglon ini. Hewan tidaklah sama seperti manusia yang
diberikan akal oleh Allah, hewan mungkin saja jatuh di lubang yang sama
sampai dua kali, tiga kali atau bahkan lebih. Sedangkan manusia tentunya
akan mampu belajar dari kesalahannya, kesalalahan pertama tentunya akan
menjadi pelajaran agar nantinya tidak ada lagi kesalahan-kesalahan
berikutnya.
Dalam
hidup tentunya kita pernah salah, pernah merasa tertipu atau menyesali
apa yang pernah dialami dan dilakukan. Namun, harusnya hal tersebut
bukanlah menjadi hambatan bagi kita. Kita bukanlah hewan yang tidak
dikaruniai otak, kita bukanlah hewan buruan yang tidak ada kesempatan
kedua baginya (bahkan hewan buruanpun terkadang memiliki kesempatan
kedua). Akan lebih baik jika kita belajar dari kesalahan dan mensyukuri
apapun yang kita alami dan yang terjadi pada diri kita. Karena Allah
tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
Ambilah dan Gunakan Secara Positif
Seperti
yang dilakukan oleh bunglon dalam memanfaatkan kelebihannya,
memanfaatkan kelebihan dengan tepat guna. Itu jugalah yang harunya dapat
kita terapkan dalam kehidupkan kita sehari-hari. Ketika kita memiliki
kelebihan jangan dulu merasa besar kepala, masih banyak orang-orang yang
jauh lebih unggul dari kita. Akan lebih baik ketika keunggulan tersebut
kita manfaatkan untuk hal-hal yang baik dan diniatkan untuk kebaikan.
Sehingga kelebihan tersebut tidak hanya menguntungkan diri kita sendiri,
tetapi mampu memberi keuntungan bagi orang lain. Karena sebaik-baiknya
manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
“Bunglon mampu memanfaatkan kelebihannya merubah warna tersebut secara
tepat, yaitu untuk mempertahankan dirinya. Memang ia menipu calon
mangsanya, tetapi itulah hakikat hidupnya. Bukan berniat untuk
membohongi, melainkan untuk mempertahankan diri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar